PENGERTIAN TENTANG EKARISTI
Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka.(Wahyu 21:4)
Sebagian besar orang Katolik akrab dengan Misa. Selain menghadiri Misa hari Minggu dan Hari Raya, banyak orang Katolik juga menghadiri Misa pada hari-hari biasa. Mereka menghadiri upacara pernikahan, pembaptisan, penguatan yang semuanya ada dalam konteks Misa. Mengapa perayaan Misa begitu sentral? Untuk apa mereka merayakan Misa? Misa dikenal dengan nama lain seperti Ekaristi, Liturgi atau Liturgi Ekaristi. Ekaristi berasal dari bahasa Yunani Eucharistia yang artinya syukur. Kepercayaan kepada Allah yang melakukan pekerjaan besar bagi kita dan yang selalu setia menyertai kita dalam hidup sehari-hari, menjadi alasan pokok dan utama bagi orang Kristen untuk bersyukur kepada-Nya. Bersyukur kepada Allah tentu dapat dilakukan secara pribadi, namun iman Katolik bukan hanya iman perseorangan melainkan iman dalam satu kesatuan dalam Gereja. Itulah sebabnya mengapa Gereja sebagai satu kesatuan berkumpul untuk merayakan Ekaristi.
Mereka berkumpul untuk bersyukur dan memuji Allah atas segala kebaikannya.
Ekaristi Perdana dan Kini
Kita semua mengenal Perjamuan Terakhir yang diadakan Yesus bersama
para murid-Nya pada malam sebelum Dia wafat. Saat itu para murid belajar
sesuatu yang takkan pernah mereka lupakan. Pada permulaan perjamuan,
Yesus mengambil roti, membagi-bagi roti itu dan memberikannya kepada
mereka seraya berkata, “Inilah TubuhKu yang di-serahkan bagi kamu” (Luk 22:20).
Pada waktu itu, mungkin para murid tidak mengerti apa yang Yesus
maksudkan. Baru sesudah tubuh-Nya sungguh-sungguh dikorbankan di salib
dan darah-Nya ditumpahkan untuk mereka, para murid mulai mengerti apa
yang Yesus ungkapkan pada perjamuan terakhir. Para murid melanjutkan
praktik Yesus, makan bersama secara khusus dengan mereka yang ingin
mengenal Yesus lebih mendalam. Sebelum membagi-bagi roti dan anggur,
mereka mendengarkan kisah-kisah mengenai Yesus, dengan demikian mereka
merasakan Dia berbicara dalam hati mereka. Selama perjamuan, mereka
mengenang apa yang Yesus katakan dan lakukan sebelum Dia wafat. Ketika
para pengikut mendengar lagi kata-kata Yesus atas roti dan anggur,
mereka merasa bahwa Dia hadir lagi ditengah-tengah mereka. Ketika mereka
mengambil roti dan membagi-bagi piala, lambang kurban Yesus, mereka
sadar bahwa mereka harus membawa-Nya ke dalam kehidupan mereka dan
membawa-Nya kepada orang lain.
Setelah Konsili
Vatikan Kedua (1962-1965), para Uskup memutuskan bahwa liturgi harus
diperbarui. Warna dasar pembaruan liturgi Vatikan terletak pada kata
kunci participatio actuosa, yang mencita-citakan suatu liturgi yang
dipahami umat secara sadar dan yang melibatkan umat secara aktif.
Seluruh edisi baru dari Ekaristi diterbitkan dan diterjemahkan dalam
bahasa-bahasa modern. Altar dipindahkan dari belakang dinding dan
diputar, yang memungkinkan imam kembali menghadap umat sepanjang
liturgi. Lebih dari itu, kita diundang untuk berpartisipasi aktif dalam
berdoa dan bernyanyi.
Kerangka Ekaristi
Secara umum perayaan ekaristi dibagi menjadi 4 bagian, yaitu Pembukaan, Liturgi Sabda, Liturgi Ekaristi dan Pengutusan.
Ekaristi dibuka dengan sebuah ritus pembuka, yang bertujuan
mempersatukan kita (umat) dan mempersiapkan umat agar menyadari
kehadiran Allah, agar dapat mendengarkan sabda Allah dengan pantas dan
bergairah dan dapat merayakan Ekaristi dengan pantas. Maksud ritus ini
untuk membantu kita berpindah dari berpikir mengenai perhatian
(kecemasan) harian menuju usaha untuk memusatkan diri pada maksud kita
berkumpul.
Pada umumnya liturgi sabda terdiri dari:
1. Bacaan I
Diambil
dari Perjanjian Lama. Setiap pembacaan Kitab Suci harus selalu diakhiri
dengan kata-kata “Demikianlah Sabda Tuhan”. Kata-kata ini merupakan
pernyataan resmi bahwa yang dibacakan tadi adalah sabda Allah sendiri
sebab Allah hadir ketika Kitab Suci dibacakan. Dan umat menjawab “Syukur
kepada Allah”.
2. Mazmur Tanggapan
Merupakan jawaban umat
terhadap sabda Allah yang baru saja diwartakan dan didengarkan. Mazmur
tanggapan termasuk unsur pokok dalam liturgi sabda. Ada petugas yang
mendaraskan Mazmur dan umat berpartisipasi dengan mengucapkan refrain.
3. Bacaan II
Diambil dari Perjanjian Baru. Biasanya diambil dari surat sehingga bacaan II sering disebut epistola (=surat).
4. Bait Pengantar Injil (Alleluia)
Merupakan seruan kepada Kristus, maka umat berdiri. Alleluia dinyanyikan sepanjang tahun kecuali dalam masa Prapaskah, seperti sekarang ini.
5. Bacaan Injil
bacaan Injil merupakan puncak
seluruh liturgi sabda. Pembuatan tanda salib pada dahi, mulut dan dada
merupakan kebiasaan kuno yang sudah dikenal Gereja selama lebih dari
1000 tahun. John Beleth, teolog abad XII melihat tanda salib sebelum
Injil ini sebagai nasihat dan kesiapsediaan untuk bersaksi tentang sabda
Allah dengan gagah berani, tanpa menyembunyikan wajah kita, untuk
mengakui Injil dengan mulut dan memeliharanya dengan setia di dalam hati
kita. Orang juga biasa menafsirkan pembuatan tanda salib pada ketiga
tempat ini sebagai: “Sabda-Mu ya Tuhan, kami pikirkan dan renungkan,
kami wartakan dan kami resapkan di dalam hati kami”. Pembuatan tanda
salib oleh pembaca Kitab mengungkapkan bahwa dalam Injil ini Salib
Kristus diwartakan.
6. Homili dan Credo (Syahadat)
Liturgi
Ekaristi dibuka dengan persiapan altar dan penerimaan persembahan
simbolik. Wakil umat membawa roti dan anggur (atau dengan uang
persembahan) ke depan altar untuk diberkati dan disucikan. Dengan
mempersembahkan persembahan ini, kita secara simbolis menpersembahkan
diri kita sendiri, sebagai sebuah komunitas dan sebagai individu dan
mengungkapkan keinginan kita untuk melayani satu sama lain.
Roh Kudus Turun
Doa
Syukur Agung tidak mungkin tanpa pertolongan Roh Kudus. Oleh karena itu
selalu ada suatu epiklese ialah doa permohonan supaya Roh Kudus turun.
Dalam kebanyakan Doa Syukur Agung ada dua epiklese, satu supaya roti dan
anggur menjadi tubuh dan darah Kristus (epiklese konsekrasi) dan kedua
supaya mereka yang menerima tubuh dan darah Kristus, dipersatukan
menjadi Tubuh Kristus yang mistik (epiklese komuni). Melalui ekaristi
dengan pertolongan Roh Kudus, roti dan anggur diubah menjadi tubuh dan
darah Kristus. Oleh karenanya, setiap kita menerima hosti berarti kita
menerima Kristus, selayaknyalah kita mempersiapkan
diri sepantasnya dengan sikap yang hormat. Perhatikanlah, betapa
seorang pastor yang mempersembahkan ekaristi, setelah umat menerima
komuni, mengumpulkan semua remah-remah hosti yang berasal dari
piala-piala, kemudian dibasuh dengan air, dan diminum. Demikian pula,
anggur yang telah diubah menjadi darah Kristus, harus tak bersisa. Semua
itu karena bukan karena roti dan anggur tetapi tubuh dan darah
Kristus-lah yang hadir.
Konsili Vatikan II juga
memberi pengertian lebih luas mengenai kehadiran Kristus. Hal itu dengan
jelas dirumuskan: “Kristus hadir dalam kurban misa, baik dalam pribadi
pelayan maupun terutama dalam rupa roti dan anggur. Ia hadir oleh
kekuatan-Nya, Ia hadir dalam sabda-Nya. Akhirnya Ia hadir bila Gereja
bermohon dan bermazmur. Oleh karena itu komuni juga mempunyai arti yang
lebih luas daripada hanya menyambut tubuh dan darah Kristus. “Komuni
berasal dari bahasa Latin, communio yang berarti “kesatuan”. Bukan hanya
kesatuan dengan Kristus dalam rupa roti dan anggur, melainkan juga
kesatuan dengan jemaat. Seperti didoakan sebelum komuni “Bapa
sebagaimana roti yang kami bagi-bagi ini telah dikumpulkan dari banyak
butir gandum yang tersebar di lereng gunung, sudilah Engkau menghimpun
pula umat-Mu dari segala ujung bumi dan mempersatukan mereka dalam
kerajaan-Mu “.
Ekaristi ditutup dengan berkat pengutusan, “Aku menyertai kamu senantiasa”. Syukur kepada Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar