Berziarah ke Makam Yesus di Yerusalem
“Dan Yusuf (dari Arimatea) pun mengambil mayat itu, mengapaninya dengan kain lenan yang putih bersih, lalu membaringkannya di dalam kuburnya yang baru, yang digalinya di dalam bukit batu, dan sesudah menggulingkan sebuah batu besar ke pintu kubur itu, pergilah ia.” (Matius 27:59-60)
Berziarah ke makam Yesus di Yerusalem sungguh merupakan suatu pengalaman yang mengagumkan. Salah satu hal yang luar biasa ialah bahwa makam itu dapat bertahan dari segala macam serangan. Ia bertahan dari pengurukan oleh raja kafir, pengrusakan oleh seorang Muslim fanatik, dan kerusakan hebat akibat kebakaran pada abad ke-19.
Makam Yesus digali di dalam dinding sebuah tambang yang tidak terpakai dekat dengan tembok Yerusalem pada abad pertama. Makam itu bukan sebuah makam alami. Dari bukti peninggalan purbakala, dari catatan sejarah, dan dari makam-makam sejenis di sekitarnya, kita dapat memperoleh gambaran tentang makam tersebut.
Bagian pertama dari makam ialah sebuah batu pipih yang besar, seperti batu penggilingan. Batu itu digulingkan di alur yang dibuat di kaki dinding tambang. Itulah pintu yang menutup jalan masuk ke makam. Batu Yerusalem berwarna coklat keemasan. Bagian makam selanjutnya ialah sebuah kapel atau ruang doa kecil. Ada bangku-bangku di sepanjang dinding batu yang digunakan oleh kaum keluarga atau tamu-tamu yang datang untuk berdoa. Kemungkinan besar para malaikat menampakkan diri kepada para wanita di ruangan ini. Tidaklah mungkin menaksir berapa tepatnya luas ruangan, karena telah hancur. Sebuah pintu yang rendah membawa kita masuk ke dalam ruang kubur. Di sebelah kanan terdapat sebuah ceruk untuk meletakkan jenasah. Kemungkinan ruangan ini memiliki penyangga atas untuk menahan berat batu yang berada diatasnya. Makam seperti itu dalam bahasa Ibrani disebut Kochim atau dalam bahasa Latin disebut Arcosolia (lekuk di dinding).
Pemakaman dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama jenazah ditempatkan di penyangga dari batu. Gaharu dan rempah-rempah lain ditaburkan di sekeliling jenasah untuk mengawetkannya sementara waktu serta untuk -belulang akan diambil dan dimasukkan ke dalam kotak kecil menutupi bau jenasah yang membusuk. Setahun kemudian tulang yang terbuat dari tanah liat. Kotak ini disebut ossuary atau “kotak tulang”. Kemudian kotak tulang ditempatkan di sebuah relung kecil di dinding sebagai pemakamannya yang terakhir. Jenasah Yesus tidak pernah sampai pada tahap ini karena Ia telah bangkit sebelum tubuh-Nya membusuk.
Pada tahun 70 Masehi, Yerusalem dihancurkan oleh pasukan Romawi. Terdapat catatan mengenai peziarah-peziarah Kristen yang mengunjungi makam Yesus pada masa itu. Pada tahun 135 seorang raja kafir Hadrian membangun kembali kota Yerusalem dan menamainya Aelia Capitolina. Ia berusaha keras untuk memusnahkan semua peninggalan serta rumah-rumah ibadat Yahudi maupun Kristiani dengan mendirikan kuil-kuil berhala di atasnya. Ia menimbuni makam Yesus dengan puing-puing dan membangun sebuah podium beton yang menutup pintu masuknya. (Bekas-bekas podium ini masih terlihat). Di atasnya, ia mendirikan sebuah kuil untuk dewi Aphrodite yang juga dikenal sebagai Venus. Di atas Kalvari ia mendirikan tugu Yupiter. Bukannya menyembunyikan makam, tindakannya itu malah mempermudah orang-orang Kristen untuk menemukan makam Yesus kembali. Pada tahun 326 sebuah basilika yang indah di bangun di sekitar makam Yesus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar