PENYELIDIKAN KEASLIAN KAIN KAFAN TURIN
(Bagian Kedua)
KEBENARAN AKAN MENANG
Kain kafan pernah dipakai untuk membungkus jenasah yang disiksa seperti Yesus!
Ahli sains yang menyelidiki dulu tidak akan diam. Dalam waktu singkat kebenaran akan menang!
Kain kafan pernah dipakai untuk membungkus jenasah yang disiksa seperti Yesus!
Ahli sains yang menyelidiki dulu tidak akan diam. Dalam waktu singkat kebenaran akan menang!
------------------------------------------------------------
BAGAIMANA SAMPAI DI TURIN?
------------------------------------------------------------
BAGAIMANA SAMPAI DI TURIN?
------------------------------------------------------------
Kain kafan Turin dipercayai sebagai kain kafan yang dipakai oleh para murid-Nya untuk membungkus jenazah Yesus waktu dimakamkan, seperti dikisahkan oleh semua penginjil.
"Mereka menurunkan tubuh Yesus, lalu dikafaninya dengan kain halus sambil membubuh rempah-rempah wangi, semuanya menurut adat Yahudi menguburkan orang mati." (Yoh 1 9 :40)
Bagaimana sejarahnya maka Kain kafan itu sekarang disimpan di kota Turin di Italia Utara?
Pada waktu Yesus bangkit dari antara orang mati, Kain kafan ditinggal di dalam makam. Yohanes memberi kesaksian dalam injilnya: "Ia (Yohanes) menjenguk ke dalam dan dilihatnya kain kafan terletak di situ." Sesudah itu tidak disinggung tentang Kain kafan. Dapat dipastikan, para rasul dan para murid membawa Kain kafan suci ke Yerusalem dan menyimpan serta menghormatinya di sana. Tetapi sebelum tahun 348 (jadi selama tiga abad lebih) tidak adalah berita-berita tentang Kain kafan itu. Dapat kita maklumi keadaan ini, sebab selama waktu itu orang-orang kristiani sedang dikejar-kejar, dianiaya, dan bila tertangkap, dibunuh. Orang-orang kristiani bersembunyi, menjalankan ibadat-ibadat secara sembunyi-sembunyi, dan menyembunyikan semua barang dan orang yang bersangkut paut dengan iman mereka, termasuk Kain kafan Yesus.
Baru sesudah Konstantinus naik takhta sebagai Kaisar Roma dan bertobat menjadi kristiani, (313), maka agama kristiani dapat berkembang dengan bebas dan orang-orang kristiani dapat menjalankan ibadat-ibadat mereka dengan leluasa. Pada tahun 348 St. Sirilus, uskup Yerusalem, membuktikan kebangkitan Yesus dengan menunjukkan kepada umatnya Kain kafan Yesus. Pada tahun 670 uskup Arkulfus dari Britani Perancis menulis dalam buku hariannya tentang ziarahnya ke Yerusalem; ia mencatat bahwa ia melihat, mencium dan mengukur panjang Kain kafan itu.
Pada tahun 1005 Yerusalem diserang dan diduduki oleh orang-orang Turki (Islam). Orang-orang kristiani melarikan diri ke Konstantinopel (Istambul sekarang); harta Gereja dan barang-barang suci yang sangat berharga mereka bawa serta, termasuk Kain kafan Yesus. Pada tahun 1147 raja Louis VII dari Perancis datang ke Konstantinopel dan menghormati Kain kafan.
Konstantinopel pun tidak luput dari serbuan orang-orang Turki. Berkali-kali Konstantinopel menjadi rebutan antara raja-raja kristiani dan raja-raja Islam. Relikui-relikui suci ada yang hilang. Tetapi Kain kafan masih tetap aman dan utuh. Para peziarah tetap berdatangan ke Konstantinopel untuk menghormati Kain kafan Yesus. Dalam salah satu buku harian para peziarah itu disebutkan bahwa tiap-tiap hari Jumat Kain kafan itu diperlihatkan kepada khalayak umum yang ingin menghormatinya. Tetapi Konstantinopel terus menerus saja menjadi bulan-bulanan serangan orang-orang Turki. Keamanannya kurang terjamin. Maka selama Perang-perang Salib berikutnya diamankanlah barang-barang suci dari Konstantinopel.
Pada tahun 1353 Kain kafan diketahui berada di keluarga Geoffrey de Charny dari Perancis, di kota Lirey. Pada tahun 1357 keluarga bangsawan yang miskin di daerah Perancis Tengah itu memamerkan kain itu dalam gereja setempat mereka. Keluarga yang berharap menarik perhatian para peziarah dan sumbangan mereka mengatakan bahwa kain itu adalah Kain kafan yang dipakai pada pemakaman Yesus Kristus.
Uskup setempat segera memerintahkan supaya pameran itu ditutup. Pada waktu itu barang peninggalan merupakan usaha dagang yang menguntungkan, dan pemalsuan pun sudah menjadi hal yang biasa. Sangat tidak mungkin bahwa sebuah keluarga yang tidak dikenal memiliki Kain kafan asli dari Yesus.[1]
[1] Majalah Mingguan Hidup, No.1O Th. XXXIV 7 Maret 1982, "Inikah Wajah Yesus Kristus?", hlm. 6.
Pada tahun 1452 Kain kafan itu dipertukarkan dengan sebuah puri dan tanah yang mengelilinginya. Pemiliknya sekarang adalah Pangeran Louis Savoie. Kain kafan dipindah dari Lirey ke Chambery. Dan di tempat ini dibangun sebuah kapel yang indah untuk Kain kafan itu. Kain kafan disimpan dalam sebuah peti perak, dilipat rapi. Pada tahun 1532 terjadi kebakaran di sakristi kapel itu. Sebagian tutup peti perak itu terbakar. Lelehan perak menjatuhi Kain kafan dan menghanguskan lipatan-lipatannya. Pada tahun 1534 suster-suster Klaris dari Chambery diberi tugas memperbaiki Kain kafan itu.
Pada tahun 1578 Emmanuele Filibert II, Raja Savoie, memindahkan Kain kafan ke Turin, untuk memperpendek perjalanan Karolus Borromeus, Uskup Agung Milan, yang ingin menghormati Kain kafan karena Milan telah dijauhkan dari suatu bencana. Di Turin Kain kafan mula-mula disimpan di gereja St. Laurensius, di dalam kapel Bunda Berdukacita. Pada tahun 1649 Kain kafan dipindahkan ke kapel yang dirancang dan dibangun oleh Guarino Guarini di dekat Katedral Turin.
Dalam Perang Dunia II Kain kafan sempat diamankan ke kota Napels. Tetapi pada tahun 1946 Kain kafan dibawa kembali ke Turin dan disimpan di sana hingga sekarang. Secara yuridis Kain kafan tetap menjadi milik keluarga Savoie. Namun ada tiga instansi yang memegang kuncinya, yaitu keturunan keluarga Savoie sendiri, Uskup Agung Turin, dan Pemerintah di Turin.
Bersambung………………….
Baca versi lengkapnya (document Word)………>>>>>
"Mereka menurunkan tubuh Yesus, lalu dikafaninya dengan kain halus sambil membubuh rempah-rempah wangi, semuanya menurut adat Yahudi menguburkan orang mati." (Yoh 1 9 :40)
Bagaimana sejarahnya maka Kain kafan itu sekarang disimpan di kota Turin di Italia Utara?
Pada waktu Yesus bangkit dari antara orang mati, Kain kafan ditinggal di dalam makam. Yohanes memberi kesaksian dalam injilnya: "Ia (Yohanes) menjenguk ke dalam dan dilihatnya kain kafan terletak di situ." Sesudah itu tidak disinggung tentang Kain kafan. Dapat dipastikan, para rasul dan para murid membawa Kain kafan suci ke Yerusalem dan menyimpan serta menghormatinya di sana. Tetapi sebelum tahun 348 (jadi selama tiga abad lebih) tidak adalah berita-berita tentang Kain kafan itu. Dapat kita maklumi keadaan ini, sebab selama waktu itu orang-orang kristiani sedang dikejar-kejar, dianiaya, dan bila tertangkap, dibunuh. Orang-orang kristiani bersembunyi, menjalankan ibadat-ibadat secara sembunyi-sembunyi, dan menyembunyikan semua barang dan orang yang bersangkut paut dengan iman mereka, termasuk Kain kafan Yesus.
Baru sesudah Konstantinus naik takhta sebagai Kaisar Roma dan bertobat menjadi kristiani, (313), maka agama kristiani dapat berkembang dengan bebas dan orang-orang kristiani dapat menjalankan ibadat-ibadat mereka dengan leluasa. Pada tahun 348 St. Sirilus, uskup Yerusalem, membuktikan kebangkitan Yesus dengan menunjukkan kepada umatnya Kain kafan Yesus. Pada tahun 670 uskup Arkulfus dari Britani Perancis menulis dalam buku hariannya tentang ziarahnya ke Yerusalem; ia mencatat bahwa ia melihat, mencium dan mengukur panjang Kain kafan itu.
Pada tahun 1005 Yerusalem diserang dan diduduki oleh orang-orang Turki (Islam). Orang-orang kristiani melarikan diri ke Konstantinopel (Istambul sekarang); harta Gereja dan barang-barang suci yang sangat berharga mereka bawa serta, termasuk Kain kafan Yesus. Pada tahun 1147 raja Louis VII dari Perancis datang ke Konstantinopel dan menghormati Kain kafan.
Konstantinopel pun tidak luput dari serbuan orang-orang Turki. Berkali-kali Konstantinopel menjadi rebutan antara raja-raja kristiani dan raja-raja Islam. Relikui-relikui suci ada yang hilang. Tetapi Kain kafan masih tetap aman dan utuh. Para peziarah tetap berdatangan ke Konstantinopel untuk menghormati Kain kafan Yesus. Dalam salah satu buku harian para peziarah itu disebutkan bahwa tiap-tiap hari Jumat Kain kafan itu diperlihatkan kepada khalayak umum yang ingin menghormatinya. Tetapi Konstantinopel terus menerus saja menjadi bulan-bulanan serangan orang-orang Turki. Keamanannya kurang terjamin. Maka selama Perang-perang Salib berikutnya diamankanlah barang-barang suci dari Konstantinopel.
Pada tahun 1353 Kain kafan diketahui berada di keluarga Geoffrey de Charny dari Perancis, di kota Lirey. Pada tahun 1357 keluarga bangsawan yang miskin di daerah Perancis Tengah itu memamerkan kain itu dalam gereja setempat mereka. Keluarga yang berharap menarik perhatian para peziarah dan sumbangan mereka mengatakan bahwa kain itu adalah Kain kafan yang dipakai pada pemakaman Yesus Kristus.
Uskup setempat segera memerintahkan supaya pameran itu ditutup. Pada waktu itu barang peninggalan merupakan usaha dagang yang menguntungkan, dan pemalsuan pun sudah menjadi hal yang biasa. Sangat tidak mungkin bahwa sebuah keluarga yang tidak dikenal memiliki Kain kafan asli dari Yesus.[1]
[1] Majalah Mingguan Hidup, No.1O Th. XXXIV 7 Maret 1982, "Inikah Wajah Yesus Kristus?", hlm. 6.
Pada tahun 1452 Kain kafan itu dipertukarkan dengan sebuah puri dan tanah yang mengelilinginya. Pemiliknya sekarang adalah Pangeran Louis Savoie. Kain kafan dipindah dari Lirey ke Chambery. Dan di tempat ini dibangun sebuah kapel yang indah untuk Kain kafan itu. Kain kafan disimpan dalam sebuah peti perak, dilipat rapi. Pada tahun 1532 terjadi kebakaran di sakristi kapel itu. Sebagian tutup peti perak itu terbakar. Lelehan perak menjatuhi Kain kafan dan menghanguskan lipatan-lipatannya. Pada tahun 1534 suster-suster Klaris dari Chambery diberi tugas memperbaiki Kain kafan itu.
Pada tahun 1578 Emmanuele Filibert II, Raja Savoie, memindahkan Kain kafan ke Turin, untuk memperpendek perjalanan Karolus Borromeus, Uskup Agung Milan, yang ingin menghormati Kain kafan karena Milan telah dijauhkan dari suatu bencana. Di Turin Kain kafan mula-mula disimpan di gereja St. Laurensius, di dalam kapel Bunda Berdukacita. Pada tahun 1649 Kain kafan dipindahkan ke kapel yang dirancang dan dibangun oleh Guarino Guarini di dekat Katedral Turin.
Dalam Perang Dunia II Kain kafan sempat diamankan ke kota Napels. Tetapi pada tahun 1946 Kain kafan dibawa kembali ke Turin dan disimpan di sana hingga sekarang. Secara yuridis Kain kafan tetap menjadi milik keluarga Savoie. Namun ada tiga instansi yang memegang kuncinya, yaitu keturunan keluarga Savoie sendiri, Uskup Agung Turin, dan Pemerintah di Turin.
Bersambung………………….
Baca versi lengkapnya (document Word)………>>>>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar