PENYELIDIKAN KEASLIAN
KAIN KAFAN TURIN
KAIN KAFAN TURIN
(Bagian III )
Pertanyaan-pertanyaan yang timbul tentang Kain kafan Turin itu telah menciptakan ilmu pengetahuan baru, yang disebut sindonologi. (Sandon, bhs. Latin, berarti: kain kafan.)
Pertanyaan-pertanyaan itu mengenai:
1. Keaslian (autentisitas) Kain kafan: Apakah Kain kafan Turin itu benar-benar kain lenan yang dibeli oleh Yusuf Arimatea untuk membungkus (mengafani) tubuh Yesus?
2. Keaslian (kesungguhan) gambar pada Kain kafan: Apakah gambar yang tertera pada Kain kafan itu sungguh-sungguh bekas darah yang mengalir dari luka-luka? Mungkinkah itu hanya hasil lukisan seorang seniman, suatu tiruan dari abad 14 atau sebelumnya?
3. Bagaimana gambar itu sampai tertera pada Kain kafan? Bagaimana darah-darah yang meliputi tubuh penuh luka itu membekas (mengecap) pada Kain kafan, sehingga timbullah perwujudan manusia Kain kafan itu?
Penelitian Kain kafan bermula dengan pembuatan foto Kain kafan itu pada tahun 1898 oleh Secondo Pia. Sambil mengikuti pameran umum yang jarang dibuat untuk Kain kafan Turin, Secondo Pia, seorang fotografer Italia, diijinkan untuk mengambil foto dari peninggalan itu. Ketika memperbesar negatifnya, Secondo terkejut karena menemukan gambar positif dari wajah pada Kain kafan itu, sebuah gambar yang jauh
lebih jelas bagaikan hidup daripada kalau Kain kafan dilihat dengan mata telanjang. Ini adalah penemuan pertama bahwa gambar pada Kain kafan itu menyerupai negatif fotografis semacam gambar yang tidak dapat dipahami oleh pemalsu abad pertengahan.
Pada tahun 1900 seorang seniman Perancis dan ahli biologi, Paul Vignon, berusaha menemukan bagaimana terjadi gambar pada Kain kafan Turin itu. Ia menetapkan bahwa itu bukanlah lukisan atau celupan dan menyatakan bahwa bagaimanapun juga gambar itu diproyeksikan ke dalam Kain kafan oleh sebuah tubuh manusia.[2]
[2] Hidup, 7 Maret 1982, hlm. 12
Pada tahun 1931 seseorang bernama Joseph Enrie membuat foto lagi atas Kain kafan dengan hasil yang lebih jelas dan lengkap.
Pada tahun 1969 Uskup Agung Turin, Kardinal Pellegrino, membentuk suatu komisi penelitian untuk mempelajari lebih mendalam lagi tentang Kain kafan. Seseorang bernama Giovanni Battista Judica-Cordiglia membuat foto baru Kain kafan dengan teknik-teknik fotografi yang lebih maju. Pada tahun 1973 tanggal 22 dan 23 November, Kain kafan dipertunjukkan di layar televisi untuk pertama kalinya. onsignor Giulio Ricci membuat foto-foto dari Kain kafan untuk meneruskan penyelidikan-penyelidikannya. Dan komisi baru dibentuk pula untuk penelitian- penelitian lebih lanjut.
Monsignor Giulio Ricci mengabdikan diri kepada penelitian Kain kafan itu sejak tahun 1950. Ia mempelajari bekas-bekas pada Kain kafan satu demi satu, menganalisis sifat dan morfologinya (bentuk dan susunannya), dan menyelidiki arah-arah aliran darah, sudut-sudut, keteraturan dan ketidakteraturannya. Ia mendasarkan penelitian-penelitiannya atas semua ilmu pengetahuan modern dengan dibantu oleh ilmuwan-ilmuwan dari Italia dan negara-negara lainnya. Pada tahun 1976 ia terpilih menjadi presiden Centro Romano di Sindonologia (Pusat Sindonologi Roma). Ia juga menjadi anggota Pusat Internasional Sindonologi di Turin. Dewasa ini ia dipandang sebagai seorang ahli terkemuka tentang Kain kafan.
Selain ilmuwan-ilmuwan Italia, para ilmuwan dari negara lain pun menaruh perhatian yang besar. Kain kafan Turin telah menjadi salah satu obyek penelitian ilmiah yang sangat intensif yang pernah dilakukan di antara sekian banyak peninggalan sejarah lainnya. Pada tahun 1978 terbentuk kelompok ilmuwan dari Amerika Serikat yang disebut Proyek Penelitian Kain Kafan Turin. Dua orang yang terlibat dalam Proyek ini ialah Kenneth Stevenson, seorang insinyur dan bekas perwira angkatan udara, dan Gary Habermas, seorang profesor sejarah dan filsafat. Mereka menjelajahi seluruh Italia dengan susunan terbaik dari alat uji-coba non-destruktif yang mungkin dapat mereka adakan. Mereka mengadakan segalanya dari sinar merah infra sampai pada x-ray. Mereka mempergunakan spektroskopi, cermin sinar merah infra, sinar ultraviolet, x-ray standar, sinar x-ray pokoknya apa saja yang dapat dipikirkan dipakai untuk menenun kapas; bekas-bekas kapas terdapat pada serat-serat lenan yang diselidikinya. Dan diketahui bahwa kapas sudah terdapat di Timur Tengah sejak abad 7 sebelum Masehi dan tidak ditanam di Eropa. Jadi penemuan-penemuan kedua orang ilmuwan itu membuktikan bahwa Kain kafan Turin ditenun di Timur Tengah dan sudah diproduksi 2000 tahun yang lalu, dan bahwa Kain kafan Turin itu pernah berada di Palestina, di Turki dan di kawasan Laut Tengah.
Yang tidak dapat diragu-ragukan lagi tentang Kain kafan Turin ialah bahwa Kain kafan itu dahulu dipakai untuk membungkus Seorang Manusia; bahwa Manusia itu membekas pada Kain kafan itu; dan bahwa bekas-bekas pada Kain kafan itu bekas-bekas darah yang mengalir dari luka-luka Manusia itu. Sifat luka-luka Manusia itu juga sudah diselidiki secara anatomis dan patologis dan menambah kepastian bahwa bekas-bekas itu sungguh-sungguh bekas-bekas darah, bukan tiruan atau buatan tangan manusia/seniman abad 14. Seandainya bekas-bekas itu tiruan atau buatan belaka, bagaimana mungkin bekas-bekas itu dapat dilukis demikian cermatnya sampai hal yang sekecil-kecilnya dan tak satu
kejanggalan pun yang dapat dikenali oleh ilmuwan-ilmuwan kedokteran dewasa ini. Mungkinkah seniman abad 14 akan mempunyai ilmu pengetahuan kedokteran abad 20? Karena pertimbangan itu semua maka para ahli anatomi dan patologi berkesimpulan bahwa gambar yang membekas pada Kain kafan Turin itu bukanlah tiruan atau buah karya seniman abad 14.
Pertanyaan-pertanyaan itu mengenai:
1. Keaslian (autentisitas) Kain kafan: Apakah Kain kafan Turin itu benar-benar kain lenan yang dibeli oleh Yusuf Arimatea untuk membungkus (mengafani) tubuh Yesus?
2. Keaslian (kesungguhan) gambar pada Kain kafan: Apakah gambar yang tertera pada Kain kafan itu sungguh-sungguh bekas darah yang mengalir dari luka-luka? Mungkinkah itu hanya hasil lukisan seorang seniman, suatu tiruan dari abad 14 atau sebelumnya?
3. Bagaimana gambar itu sampai tertera pada Kain kafan? Bagaimana darah-darah yang meliputi tubuh penuh luka itu membekas (mengecap) pada Kain kafan, sehingga timbullah perwujudan manusia Kain kafan itu?
Penelitian Kain kafan bermula dengan pembuatan foto Kain kafan itu pada tahun 1898 oleh Secondo Pia. Sambil mengikuti pameran umum yang jarang dibuat untuk Kain kafan Turin, Secondo Pia, seorang fotografer Italia, diijinkan untuk mengambil foto dari peninggalan itu. Ketika memperbesar negatifnya, Secondo terkejut karena menemukan gambar positif dari wajah pada Kain kafan itu, sebuah gambar yang jauh
lebih jelas bagaikan hidup daripada kalau Kain kafan dilihat dengan mata telanjang. Ini adalah penemuan pertama bahwa gambar pada Kain kafan itu menyerupai negatif fotografis semacam gambar yang tidak dapat dipahami oleh pemalsu abad pertengahan.
Pada tahun 1900 seorang seniman Perancis dan ahli biologi, Paul Vignon, berusaha menemukan bagaimana terjadi gambar pada Kain kafan Turin itu. Ia menetapkan bahwa itu bukanlah lukisan atau celupan dan menyatakan bahwa bagaimanapun juga gambar itu diproyeksikan ke dalam Kain kafan oleh sebuah tubuh manusia.[2]
[2] Hidup, 7 Maret 1982, hlm. 12
Pada tahun 1931 seseorang bernama Joseph Enrie membuat foto lagi atas Kain kafan dengan hasil yang lebih jelas dan lengkap.
Pada tahun 1969 Uskup Agung Turin, Kardinal Pellegrino, membentuk suatu komisi penelitian untuk mempelajari lebih mendalam lagi tentang Kain kafan. Seseorang bernama Giovanni Battista Judica-Cordiglia membuat foto baru Kain kafan dengan teknik-teknik fotografi yang lebih maju. Pada tahun 1973 tanggal 22 dan 23 November, Kain kafan dipertunjukkan di layar televisi untuk pertama kalinya. onsignor Giulio Ricci membuat foto-foto dari Kain kafan untuk meneruskan penyelidikan-penyelidikannya. Dan komisi baru dibentuk pula untuk penelitian- penelitian lebih lanjut.
Monsignor Giulio Ricci mengabdikan diri kepada penelitian Kain kafan itu sejak tahun 1950. Ia mempelajari bekas-bekas pada Kain kafan satu demi satu, menganalisis sifat dan morfologinya (bentuk dan susunannya), dan menyelidiki arah-arah aliran darah, sudut-sudut, keteraturan dan ketidakteraturannya. Ia mendasarkan penelitian-penelitiannya atas semua ilmu pengetahuan modern dengan dibantu oleh ilmuwan-ilmuwan dari Italia dan negara-negara lainnya. Pada tahun 1976 ia terpilih menjadi presiden Centro Romano di Sindonologia (Pusat Sindonologi Roma). Ia juga menjadi anggota Pusat Internasional Sindonologi di Turin. Dewasa ini ia dipandang sebagai seorang ahli terkemuka tentang Kain kafan.
Selain ilmuwan-ilmuwan Italia, para ilmuwan dari negara lain pun menaruh perhatian yang besar. Kain kafan Turin telah menjadi salah satu obyek penelitian ilmiah yang sangat intensif yang pernah dilakukan di antara sekian banyak peninggalan sejarah lainnya. Pada tahun 1978 terbentuk kelompok ilmuwan dari Amerika Serikat yang disebut Proyek Penelitian Kain Kafan Turin. Dua orang yang terlibat dalam Proyek ini ialah Kenneth Stevenson, seorang insinyur dan bekas perwira angkatan udara, dan Gary Habermas, seorang profesor sejarah dan filsafat. Mereka menjelajahi seluruh Italia dengan susunan terbaik dari alat uji-coba non-destruktif yang mungkin dapat mereka adakan. Mereka mengadakan segalanya dari sinar merah infra sampai pada x-ray. Mereka mempergunakan spektroskopi, cermin sinar merah infra, sinar ultraviolet, x-ray standar, sinar x-ray pokoknya apa saja yang dapat dipikirkan dipakai untuk menenun kapas; bekas-bekas kapas terdapat pada serat-serat lenan yang diselidikinya. Dan diketahui bahwa kapas sudah terdapat di Timur Tengah sejak abad 7 sebelum Masehi dan tidak ditanam di Eropa. Jadi penemuan-penemuan kedua orang ilmuwan itu membuktikan bahwa Kain kafan Turin ditenun di Timur Tengah dan sudah diproduksi 2000 tahun yang lalu, dan bahwa Kain kafan Turin itu pernah berada di Palestina, di Turki dan di kawasan Laut Tengah.
Yang tidak dapat diragu-ragukan lagi tentang Kain kafan Turin ialah bahwa Kain kafan itu dahulu dipakai untuk membungkus Seorang Manusia; bahwa Manusia itu membekas pada Kain kafan itu; dan bahwa bekas-bekas pada Kain kafan itu bekas-bekas darah yang mengalir dari luka-luka Manusia itu. Sifat luka-luka Manusia itu juga sudah diselidiki secara anatomis dan patologis dan menambah kepastian bahwa bekas-bekas itu sungguh-sungguh bekas-bekas darah, bukan tiruan atau buatan tangan manusia/seniman abad 14. Seandainya bekas-bekas itu tiruan atau buatan belaka, bagaimana mungkin bekas-bekas itu dapat dilukis demikian cermatnya sampai hal yang sekecil-kecilnya dan tak satu
kejanggalan pun yang dapat dikenali oleh ilmuwan-ilmuwan kedokteran dewasa ini. Mungkinkah seniman abad 14 akan mempunyai ilmu pengetahuan kedokteran abad 20? Karena pertimbangan itu semua maka para ahli anatomi dan patologi berkesimpulan bahwa gambar yang membekas pada Kain kafan Turin itu bukanlah tiruan atau buah karya seniman abad 14.
Bersambung
Baca versi lengkapnya (document Word)………>>>>>